Posted by : SDN Bandungrejosari@bisa
Jumat, 07 November 2014
Sepucuk Surat Cinta Untuk Anak Cucu Fatimah Az-Zahra
(Untaian Nasehat Dari Salafus Shaleh Untuk Para Pecintanya)
Jauhnya
masyarakat dari akhlak salafus shaleh menjadikan syariat mulai terabaikan.
Bahkan para keturunan mulia yang bernasab kepada makhluk yang paling mulia,
yang seharusnya menjadi penerus para leluhurnya sedikit sekali untuk bisa
diharapkan. Yang terjadi mereka enggan mengikuti jejak leluhurnya, bahkan
menyimpang dari jalan oleh para pendahulunya selama ini.
Dengan hadirnya buku “Sepucuk Surat Cinta Untuk Anak
Cucu Fatimah Az-Zahra (Untaian Nasehat Dari Salafus Shaleh Untuk Para
Pecintanya)” berharap agar para keturunan mulia tersebut kembali ke jalan para
leluhurnya, baik ilmu, ibadah & akhlak yang luhur, mengenal biografi
mereka, sehingga bisa mengayomi umat menuju jalan yang lurus dan diridloi.
Serta, bisa menjadikan keturunan yang bisa memmbanggakan hati kakek mereka
Baginda Nabi Muhammad SAW dan puteri tercintanya Sayyidah Fatimah Az-Zahra RA.
اللَّهـُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الْذَاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ
Semoga buku ini bisa menambah wawasan para pembaca dan tambahan khazanah keilmuan mereka, bisa membanggakan hati Rasulullah SAW dan para Ahlul Baitnya, bermanfaat bagi kaum muslimin pada umumnya dan keturunan Sayyidah Fatimah RA pada khususnya, bermanfaat di dunia, barzakh, bahkan kelak di akhiratاللَّهـُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الْذَاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ Aamiinاللَّهـُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الْذَاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ
اللَّهـُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الْذَاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ
Semoga buku ini bisa menambah wawasan para pembaca dan tambahan khazanah keilmuan mereka, bisa membanggakan hati Rasulullah SAW dan para Ahlul Baitnya, bermanfaat bagi kaum muslimin pada umumnya dan keturunan Sayyidah Fatimah RA pada khususnya, bermanfaat di dunia, barzakh, bahkan kelak di akhiratاللَّهـُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الْذَاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ Aamiinاللَّهـُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الْذَاكِرُونَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الْغَافِلُونَ
KH Kholilurrahman
cicit Syaikhona Kholil Bangkalan Madura
Ra Lilur, demikian masyarakat menyebut kiai ini. Nama
lengkapnya KH. Kholilurrahman.Kalau dirunut nasabnya ke atas, ia adalah cicit
ulamabesar Indonesia, KH Kholil Bin Abd Latief, atau Syaikhona Kholil
Bangkalan, atau Mbah Kholil.Bergelar Syaikhona, karena KH Kholil merupakan guru
mayoritas ulama Indonesia.Masyarakat Madura menilia Ra Lilur dalam maqom jadab.
Dalam terminologi sufi (tassawuf), jadab merupakan suatu tahapan untuk mencapai
tingkat karamah (keistimewaan) yang biasanya disebutwali.ia zuhud, tak perduli
gemerlap duniawi dan tanpa pamrih. Hidupnya hanya untuk Allah, berkelana dari
satu tempatke tempat lain.Orang yang tak paham bisa jadi mengira ia gila.
Maklum, penampilannya apa adanya. Apalagi perilakunya cenderung aneh. Ia kadang
hidup di tengah laut, merendam diri sampai berhari-hari. Namun justru sikapnya
inilah yang kemudian mengingatkan orang pada Nabi Khidlir.Ia seolah
mengasingkan dari hiruk pikuk kehidupan yang kian renta, tanpanurani. Dari
tengah-tengah arus gelombang laut itu ia membaca tanda-tanda kehidupan. Apa
yang akan terjadi terhadap negeri ini."Tamunya beragam, tapi jangan kaget
kalau tak kesokan (tidak mau,red), beliau tak mau menemuinya," tegas
KHBadrus SholehRa Lilur, Ulama Jadab Mirip Nabi Khidlir
Di Kepala Kiai Ada Nasi ketika Jadi Imam Shalat
Perilaku aneh yang ditampakkan Ra Lilur tampaknya memang
berkaitan dengan leluhurnya yang memang wali.Syaikhona Kholil Bangkalan, buyut
Ra Lilur juga dikenal berperilaku aneh-aneh. Kiai Kholil dikenal sebagai ahli
nahwu (gramatika Arab). Konon, ketika masih kecil Kiai Kholil sudah menunjukkan
tanda-tanda aneh. Suatuketika ia shalat berjama'ah bersama para santri dan
kiainya. Seperti biasa, yang jadi imam adalah kiainya. Namun tiba-tiba Kholil
kecil tertawa terbahak-bahak.Usai shalat kiainya memarahi Kholil. "Orang
lagi shalat kamu malah tertawa. Apa maumu," bentak sang kiai.Kholil
menjawab enteng. "Sewaktu kiai shalat tadi saya lihat ada nasi di atas
kopyah kiai, karena itu saya tertawa," jawab Kholil.Seketika kiainya kaget
sekaligus malu. Ia sadar bahwa shalatnya tak khusuk karena ingin cepat-cepat
pergi menghadiri kenduri. Sejak itu kiainya mulai menaruh perhatian besar pada
Kholil. Ia sadar bahwa diantara santrinya ada yang punya kemampuanluar biasa.
Yakni punya kasafah.Dugaan kiai itu betul. Kholil kemudian berkembang menjadi
kiai besar. Bahkan menjadi kiai hampir seantero Jawa, karena kiai-kiai besar di
Jawa adalah santri atau pernah nyantri pada Kiai Kholil.Keanehan Kiai Kholil
terus terjadi ketika sudah kesohor.
Suatu ketika Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari mau nyantri ke pesantren yang diasuh Kiai Kholil di Bangkalan. Kiai Hasyim yang waktu itu masih muda langsung dites. Kiai yang kemudian menjadi pendiri NU itu, konon, disuruh naik ke atas pohon bambu. Sementara Kiai Kholil terus mengawasi dari bawah sembari memberi isyarat agar terus naik sampai ke puncak. Kiai Hasyim terus naik sesuai perintah gurunya itu. Ia tak peduli apakah pohon bambu itu melur atau bagaimana. Yang jelas, ia hanya patuh pada perintah kiainya.Anehnya, begitu sampai di puncak Kiai Kholil mengisyaratkan agar Kiai Hasyim meloncat ke bawah. Tanpa pikir panjang Kiai Hasyim langsung meloncat. Ternyata ia selamat.Yang menarik, dua kiai besar ini sama-sama tawadhu' alias rendah hati. Mereka sama-sama saling berguru. Kiai Hasyim terkenal sebagai ahli hadits. Biasanya Kiai Hasyim mengajarkan hadits itu pada santri sebulan penuh bila bulan puasa. Ternyata Kiai Kholil, meski dikenal sebagai guru Kiai Hasyim, ikut juga jadi santri. Ia tak gengsi memperdalam ilmu meski kepada muridnya sendiri. Sebaliknya, ia malah sangat menghormati Kiai Hasyim.Tradisi tawadhu' (rendah hati) itu ternyata terus menurun ke generasi berikutnya. Gus Dur -cucu Kiai Hasyim- sangat menghormati keturunan Kiai Kholil. Begitu juga KH. Fuad Amin -cicit Kiai Kholil- sangat menghormati keturunan Kiai Hasyim."Kalau saya salaman mencium tangan Gus Dur langsung ditarik," tutur Fuad Amin.
Suatu ketika Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari mau nyantri ke pesantren yang diasuh Kiai Kholil di Bangkalan. Kiai Hasyim yang waktu itu masih muda langsung dites. Kiai yang kemudian menjadi pendiri NU itu, konon, disuruh naik ke atas pohon bambu. Sementara Kiai Kholil terus mengawasi dari bawah sembari memberi isyarat agar terus naik sampai ke puncak. Kiai Hasyim terus naik sesuai perintah gurunya itu. Ia tak peduli apakah pohon bambu itu melur atau bagaimana. Yang jelas, ia hanya patuh pada perintah kiainya.Anehnya, begitu sampai di puncak Kiai Kholil mengisyaratkan agar Kiai Hasyim meloncat ke bawah. Tanpa pikir panjang Kiai Hasyim langsung meloncat. Ternyata ia selamat.Yang menarik, dua kiai besar ini sama-sama tawadhu' alias rendah hati. Mereka sama-sama saling berguru. Kiai Hasyim terkenal sebagai ahli hadits. Biasanya Kiai Hasyim mengajarkan hadits itu pada santri sebulan penuh bila bulan puasa. Ternyata Kiai Kholil, meski dikenal sebagai guru Kiai Hasyim, ikut juga jadi santri. Ia tak gengsi memperdalam ilmu meski kepada muridnya sendiri. Sebaliknya, ia malah sangat menghormati Kiai Hasyim.Tradisi tawadhu' (rendah hati) itu ternyata terus menurun ke generasi berikutnya. Gus Dur -cucu Kiai Hasyim- sangat menghormati keturunan Kiai Kholil. Begitu juga KH. Fuad Amin -cicit Kiai Kholil- sangat menghormati keturunan Kiai Hasyim."Kalau saya salaman mencium tangan Gus Dur langsung ditarik," tutur Fuad Amin.
Gagal Temui Nabi Khidir, Bertekad Mengembara
Ra Lilur memang berasal dari keluarga sufi. Dalam arti,
leluhurnya dikenal dekat dengan Nabi Khidlir. Karena itu mudah dipahami jika
keajaiban-keajaiban Ra Lilur mirip dengan perilaku Nabi Khidlir.KH. Imron,
kakek Ra Lilur, konon, pernah ditemui Nabi Khidlir, Kiai Imron adalah putera
Syaikhona Kholil Abdul Latif Bangkalan.Kala itu Nabi Khidlir menjelma
sebagaiorang berpenyakit yang menjijikkan. Orang itu kemudian minta gendong
pada Kiai Imron. Namun Kiai Imron menolak. Karena menolak orang itu lantas
minta gendong ke Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari yang waktu itu masih mondok di
pesantren Kiai Kholil.Kiai Hasyim menggendong hampir sampai ke pesantren.
Menjelang sampai ke pesantren orang itu minta diturunkan. Orang tersebut
kemudian berkata, "Sampaikan kepada Kiai Imron, saya ini Nabi
Khidlir." Setelah itu orang tersebut lenyap.Begitu kabar disampaikan, Kiai
Imron terkejut. Ia menyesal telah menolak menggendong orang berpenyakit itu
yang tak lain adalah Nabi Khidlir. Sejak itu, kabarnya, Kiai Imron bertekad
untuk mencari Nabi Khidlir. Ia terus mengembara untuk mencari Nabi
Khidlir.Kasus seperti Kiai Imron ini memang banyak terjadi. Seseorang pernah
ingin bertemu Nabi Khidlir. Ia datang kepada kiai yang dikenal wali. Orang
tersebut kemudian disuruh pergi ke trotoar gedung bioskop. Namun begitu sampai
di tempat yang ditunjuk. Ternyata Nabi Khidlir tak ada. Orang tersebut kemudian
kembali ke rumah sang kiai. Ia melaporkan bahwa di depan gedung bioskop itu tak
ada Nabi Khidlir. Yang ada hanya orang jual bakso.Lalu apa kata sang kiai?
"Ya, itu Nabi Khidlir. Yang menjelma jadi tukang bakso itu," kata
kiai itu. Kontan saja orang sudah lama ingin bertemu Nabi Khidlir itu gelo.Konon,
KH. Abdul Hamid Pasuruan yang dikenal sebagai wali itu sering didatangi orang
yang ingin bertemu dengan Nabi Khidlir. Suatu ketika ia kedatangan tamu yang
ngotot mau bertemu Nabi Khidlir. Kiai Hamid lantas minta orang itu datang
kembali besok.Karena memang sangat ingin melihat Nabi Khidlir, orang tersebut
datang seperti perintah Kiai Hamid. Ia lantas duduk di sela-sela tamu yang
banyak. Kiai Hamid terus asyik bercakap-cakap dengan para tamunya. Kemudian
para tamu itu pulang sehingga tinggal orang yang ingin bertemu Nabi Khidlir
itu."Kiai, mana Nabi Khidlirnya," katanya tak sabar setelah menunggu
tak muncul-muncul."Lho, tadi sewaktu kamu ke sini ada orang nggak di
depan?" tanya Kiai Hamid."Ada, tapi orang membersihkan got,"
kata orang itu jujur."Ya, itu tadi Nabi Khidlir," jelas Kiai Hamid.
Karuan saja orang itu terkejut. Ia tak menyangka orang yang ia sepelekan tadi
ternyata Nabi Khidlir.
Nangis Ngguguk, Ulama Kejar Harta, Telantarkan Fakir Miskin
Belum ada informasi jelas tentang pendidikan Ra Lilur. Tapi
ia menguasai bahasa Arab. Kehidupan Ra Lilur memang agak berbeda dengan
keluarga Syaikhona Kholil lainnnya yang pendidikannya jelas. KH. Abdullah
Schaal, saudara Ra Lilur, misalnya, sejak kecil nyantri secara teratur.
Kemudian mengasuh pesantren warisan Syaikhona Kholil. Karena itu pesantren yang
terletak di kota Bangkalan itu dinamakan Pesantren Syaikhona Kholil.
Pesantreninilah yang pernah dibakar oleh Ra Lilur.Ra Lilur sejak muda
dikabarkan suka mengembara. Ia sering tak jelas di mana tempatnya. Ia hanya
muncul ketika mau mengabarkan peristiwa-peristiwa penting yang akanterjadi.
Untuk proses penyampaian kabar itu ia kadang datang kepada Kiai Abdullah
Schaal. "Biasanya ia minta agar Kiai Abdullah hati-hati," ujar salah
seorang keluarga Kiai Abdullah kepada HARIAN BANGSA. Setelah itu ia kembali ke
kediamannya. Atau meneruskan laku-nya, merendam diri di tengah laut.Yang
menarik, di kediaman Ra Lilur cukup banyak tamu berkunjung. Di depan tamunya
-terutama yang khusus- ia kadang bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting.
Misalnya tentang ulama yang kini mulai lebih suka mengejar-ngejar harta
ketimbang memikirkan nasib umat. Cicit Syaikhona Kholil itu bahkan menangis
sampai ngguguk ketika bicara tentang ulama yang hanya mengejar
harta."Kalau ulama sudah lupa kepada kedudukannya dan mencintai harta
serta kemewahan, berat, berat, dihadapan Allah SWT. Dampaknya, mereka akan
pecah. Ya, Allah, selamatkanlah mereka," kata Ra Lilur sembari menangis
sesenggukan. Ia menyampaikan itu kepada tamunya dalam bahasa Arab.Soal bahasa
Ra Lilur melihat tamunya. Kalau tamunya paham bahasa Arab kadang bicara dalam
bahasa Arab. Tapi jika tamunya orang Madura, biasanya ia cukup bahasa
Madura.Berbeda dengan ulama milenium yang berebut posisi dan sibuk dengan
politik, Ra Lilur sangat sederhana. Baik pakaian maupun kehidupan
sehari-harinya sangat bersahaja. Ra Lilur memang lebih tepat jika disebut
sebagai ulama rohani.
Pengusaha Besi Kapok Datang, Rugi Rp 100 Juta, Ayah Mati
Banyak cerita menarik yang dialami Habib Ali Zainal Bin Anis
Al Muchdor ketika berkunjung ke kediaman Ra Lilur di Tanah Merah Bangkalan
Madura. "Waktu itu saya melihat pakaian Ra Lilur yang sederhana. Saya
lantas ingat satu hadits yang mengatakan agar hati-hati terhadap orang yang
berpakaian compang-camping. Karena orang itu mulya di sisi Allah. Uniknya,
seketika itu Ra Lilur menjawab Sallallah ’ala Muhammad," tutur Habib.
Sontak Habib takdim kepada Ra Lilur. Karena apa yang ada dalam hati Habib,
ternyata Ra Lilur tahu.Tak lama kemudian Ra Lilur bertanya kenapa seorang
pengusaha besi tua bernama H. Hasan yang tinggal di Cililitan Jakarta tak
pernah datang lagi kepadanya.Habib Ali menjawab mungkin sudah jera karena
banyak pengalaman pahit yang dialami ketika datang ke Ra Lilur.Menurut Habib,
Hasan pernah mengalami tekanan ekonomi. Karena ia mendengar kejadian-kejadian
aneh yang dialami Habib bersama Ra Lilur, ia kemudian memutuskan datang kepada
kiai jadab itu.Ia minta do'a kepada Ra Lilur. Ia berharap, cicit Syaikhona
Kholil Bangkalan itu, mau mendo'akan, agar usahanya tetap langgeng. Begitu juga
kalau ada job baru sukses.Singkat cerita, setibanya di rumah sang kiai, segera
ia disambut ajudan sekaligus dihadapkan kepada Ra Lilur. Hasan lantas
menceritakan masalahnya. Ra Lilur mendengar semua cerita Hasan. Namun yang
membuat Hasan tak habis pikir, ketika hendak pulang, ia diberi obat sakit
kepala Paramex.Tentu ia bertanya-tanya dalam hati. Dengan diliputi tanda tanya,
Hasan pulang ke rumahnya di Jakarta. "Di dalam bus, saya terus mikir. Mau
diapakan obat ini. Kenapa pula kiai memberi saya ini," gumam Hasan seperti
ditirukan Habib.Seminggu kemudian, H. Hasan ternyata tertimpa musibah. Usahanya
rugi Rp 100 juta. "Mati aku. Rupanya itu maksud kiai memberi obat,"
kata Hasan tersenyum kecut.Sebulan kemudian, di rumahnya, telepon H. Hasan
mendadak berdering.Telepon itu dari saudaranya di Tanah Merah, Madura. Ia
mengabarkan bahwa abahnya (ayah), yang murid Habib Sholeh Tanggul, Jember,
sakit keras. Dilanda rasa gundah tak terkira, ia pun pergi menemui
abahnya.Abahnya terbaring sakit di atas pembaringan. Ia lantas menemui guru
abahnya, yaitu Habib Sholeh Tanggul, H. Hasan diminta membawa tasbih. Menurut
Habib Sholeh, tasbih itu, selain untuk wirid juga sangat manjur untuk mengobati
orang sakit. Sesuai dengan pesan guru, tasbih itu dicelupkan ke dalam segelas
air. Selanjutnya, air bekas celupan itu diminumkan kepada orang yang sakit.
Semula, penyakit itu memang berkurang. Badan abahnya sedikit enakan. Tapi itu
tidak berlangsung lama.Beberapa waktu kemudian, bapaknya kembali jatuh sakit.
H. Hasan pun segera beranjak pergi meminta do'a kepada Ra Lilur. Yang tak
membuat H. Hasan heran lagi, ketika Ra Lilur, memberinya kapas, berikut minyak
telon. Itu diberikan ketika H. Hasan hendak pulang. Seperti sebelumnya, dalam
perjalanan menuju rumah orangtuanya di Tanah Merah, hati H. Hasan, diliputi
tanda tanya yang hebat. Begitu tiba di rumah abahnya, ia mendapati banyak orang
menangisi kepergian orang tua lelakinya itu. Rupanya, kapas dan minyak telon
itu, sebagai perlambang bahwa penyakit orang tuanya tak dapat disembuhkan.
"Kapoksudah saya bertemu Ra Lilur," kata H. Hasan setengah
menggerutu.
Geger, Wanita Misterius Penjemur IkanDinikahi Kiai
Di kawasan pesisir Bangkalan ada seseorang wanita yang
sehari-harinya membersihkan ikan. Wanita itu tak ubahnya seorang buruh. Ia tiap
hari membersihkan dan menjemur ikan milik orang. Ia hanya dapat upah sekian
rupiah dari jerih payahnya itu.Kesibukan di kawasan pesisir itu membuat orang
tak pernah memperhatikan wanita itu. Apalagi wanita itu memang tampil seperti
umumnya buruh; kusut dan agak kotor. Karena itu masyarakat tak pernah
memperdulikan.Masyarakat baru terhenyak ketika wanita berpenampilan kumal itu
dinikahi Ra Lilur. Rasan-rasan pun ramai. Mereka seolah tak percaya kiai
seterhormat Ra Lilur mau menikahi wanita buruh itu.Yang menarik, begitu berita
pernikahan Ra Lilur dengan wanita itu tersebar, masyarakat mulai
bertanya-tanya,dari mana asalnya wanita tersebut. Sebab meski setiap hari
bertemu dan berkumpul masyarakat disekitar pesisir itu tak ada yang tahu asal
muasal wanita tersebut. Masyarakat pun mulai geger. Wanita itu dianggap
misterius karena tak diketahui asal usulnya.Ajaibnya, begitu masyarakat heboh
tiba-tiba muncul informasi bahwa wanita tersebut berasal dari kesultanan Demak.
Karuan saja masyarakat kembali ramai.Tapi benarkah ia berasal dari kesultanan
Demak? Wallahu a'lam.
Tapi masyarakat di sekitar pesisir itu yakin ia berasal dari Demak. Yang jugaunik wanita itu tetap sederhana meski dinikahi Ra Lilur. Padahal ia telah jadi istri orang terhormat dan disegani masyarakat.Bahkan Ra Lilur bukan saja disegani masyarakat tapi juga dihormati para ulama. Toh istri Ra Lilur tetap bersahaja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia berjualan es lilin. Dagangannya itu kadang dijajakan kepada para santri KH. Abdullah Schaal di Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan. "Ia sering ke sini (pesantren) jual es lilin," kata salah seorang keluarga Kiai Abdullah Schaal.Aneh, memang. Padahal, kalau mau, bisa saja ia kaya raya mengingat tamu Ra Lilur yang terus membludak. Ia jugabisa ongkang-ongkang, tak usah kerja keras, seperti umumnya istri kiai. Tapi itu tak ia lakukan. Ia lebih suka makan dari hasil keringatnya sendiri ketimbang menunggu pemberian masyarakat.
Tapi masyarakat di sekitar pesisir itu yakin ia berasal dari Demak. Yang jugaunik wanita itu tetap sederhana meski dinikahi Ra Lilur. Padahal ia telah jadi istri orang terhormat dan disegani masyarakat.Bahkan Ra Lilur bukan saja disegani masyarakat tapi juga dihormati para ulama. Toh istri Ra Lilur tetap bersahaja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia berjualan es lilin. Dagangannya itu kadang dijajakan kepada para santri KH. Abdullah Schaal di Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan. "Ia sering ke sini (pesantren) jual es lilin," kata salah seorang keluarga Kiai Abdullah Schaal.Aneh, memang. Padahal, kalau mau, bisa saja ia kaya raya mengingat tamu Ra Lilur yang terus membludak. Ia jugabisa ongkang-ongkang, tak usah kerja keras, seperti umumnya istri kiai. Tapi itu tak ia lakukan. Ia lebih suka makan dari hasil keringatnya sendiri ketimbang menunggu pemberian masyarakat.
Terjangkit Penyakit Menahun, Diobati dengan Tiga Korma
Ra Lilur ternyata tak hanya piawai mendeteksi masa depan. Ia
juga ahli mengobati orang sakit. Tak aneh jika banyak tamu yang minta tolong
untuk mengobati penyakitnya. Bahkan semenjak hijrah ke sebuah desa di kecamatan
Galis Bangkalan, tamu yang hadir meminta barokah semakin bejibun saja. Uniknya,
yang datang tidak hanya dari kalangan santri dan masyarakat biasa, namun juga
kiai pengasuh pesantren yang punya masalah.Salah satunya, seorang kiai asal
Surabaya. Kiai ini sudah puluhan tahun mengidap penyakit aneh. Awalnya dikira
terkena serangan syaraf. Menurut analisis dokter spesialis syaraf terkenal yang
praktik di Jl. Diponegoro Surabaya, kiai ini, syaraf rahangnya terganggu,
sehingga sulit mengatupkan lidahnya. Kalau berbicara harus dipegang. Pendek
katapenderitaan itu sudah lama.Sebelum memeriksakan ke dokter neurolog
tersebut, kiai ini melanglang buana berkonsultasi dengan berbagai ahli, baik
ahli medis, maupun paranormal. Tapi hasilnya nol besar. Bahkan pernah juga
berkonsultasi ke KH. Ghofur, pengasuh ponpes Sunan Drajat Paciran Lamongan.Juga
gagal. Salah seorang santrinya, pernah menyarankan agar berobat ke suatu daerah
di Jabar. Tapi setelah dijalankan, perkembangannya hanya sesaat. Usai berobat,
hanya sepekan kondisinya sehat, setelah itu kambuh lagi.Karena penyakit yang
menahun inilah, kemudian timbul syak swasangka, jangan-jangan penyakit aneh
ini, bukan penyakit lahir, karena tak terdeteksi secara medis, tetapi penyakit
kiriman, alias terkena sihir atau sejenisnya.Namun kiai ini terus berikhtiar
sembaritetap pasrah. Di tengah-tengah kepasrahan itulah, tiba-tiba timbul
wisik-wisik dari seorang tamu yang agak aneh. Tamu itu menyarankan, agar
meminta barokah ke Ra Lilur.Tanpa pikir panjang, maka berangkatlah rombongan
kiai itu ke tempat pedepokan Ra Lilur di sebuah desa Banjar kecamatan Galis
Kabupaten Bangkalan. Biasanya orang yang tak pernah sowan ke Ra Lilur, sulit
langsung ditemui. Tapi khusus yang satu ini, Ra Lilur langsung
menyanggongnya."Lenggi-lenggi pada parlo napa (mari silakan duduk, ada
maksud apa ke sini)," sapanya.Kiai ini langsung mengutarakan niatnya. Ia
juga menceritakan perjalanannya berobat ke mana-mana,namun hasilnya
nihil.Mendengar keluhan itu, Ra Lilur langsung memberi tiga buah korma dari
dalam rumahnya. "Da'ar pa tada' (silakan makan dihabiskan)," kata Ra
Lilur.Saat dialog itu tak begitu cair. Maklum Ra Lilur memang sering
memperlihatkan suasana yang sulit ditebak. Kadang-kadang tertawa, tapi
kadang-kadang tak banyak bicara.Mungkin saat itu, Ra Lilur paham, betapa menderitanya
kiai ini lantaran merasakan sakit menahun.Usai menyuguhkan tiga korma, Ra Lilur
memberi wejangan, agar kiai tadi, berobat ke seorang dokter kiai di sebuah
kawasan sekitar Pasar Turi Surabaya. Kenapa disebut dokter kiai, karena dokter
itu, selain memberi obat,juga memberi bacaan-bacaan.Hasilnya? Alhamdulillah,
penyakit menahun kiai sederhana itu akhirnya berangsur-angsur sembuh.
Aparat Nangis, Minta Tolong Ditunjukkan Tommy Soeharto
Keanehan Ra Lilur semakin
menjadi-jadi. Ini terkait dengan kondisi nasional yang masih belum menentu. Yang menarik, keanehan Ra Lilur itu kini banyak mengundang perhatian aparat. Bahkan ada anggota Polri berpangkat perwira menengah (Pamen) datang ke kiai yang dikenal punya kasaf itu untuk minta tolong. Si pamen itu rela bepergian tengah malam dengan sepeda motor menuju desa Banjar untuk menemui Ra Lilur.Apa tujuan sang Polisi? Ajudan (khaddam) Ra Lilur, H. Husni Madani, bercerita kepada Taufiqurrahman wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan Madura tentang keinginan pamen berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) itu. Menurut Husni ia minta tolong agar ditunjukkan tempat persembunyian Tommy.Namun Ra Lilur sulit ditemui. Karena itu pamen itu menyampaikan maksudnya itu melalui Husni. Diceritakan, sebelum menyampaikan keinginannya, selama tiga malam berturut-turut petinggi polri itu melakukan wirid dan mengaji di mushalla milik H. Husni."Malah dia (petinggi Polri itu) sampai menangis ketika membaca Al-qur'an," tuturnya.Lantas bagaimana tanggapan Ra Lilur ketika ajudannya menyampaikan keinginan sang tamu? Dengan tegas Ra Lilur mengatakan, untuk memburu Tommy sangat sulit, karena memang ada yang membuatnya sulit. "Sulit karena memang dibuat sulit," jawab RaLilur singkat seperti ditirukan H. Husni.Jawaban itu diberikan Ra Lilur melalui ajudannya.Dari jawaban Ra Lilur itu tersirat bahwa Tommy memang ada yang melindungi. Karena itu mudah dipahami jika beberapa pihak ragu terhadap upaya polisi menangkap Tommy. Bahkan kini muncul analisis bahwa gerakan aparat yang mau menangkap Tommy itu sekedar basa-basi belaka, yakni untuk meredam kekecewaan atau mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan politik di tubuh Polri sendiri maupun seputar di Mega.Perilaku Ra Lilur kini memang kian aneh. Sudah dua minggu ini, Ra Lilur mengunci diri di sebuah gubuk di atas gunung. Bahkan pintu pagarnya pun digembok. Sehingga, tamu yang hendak sowan ke Ra Lilur sulit untuk bertemu. Selama ini hanya ada dua orang khaddam yang bisa menemui RaLilur.Seorang tamu yaitu kiai dari Jember, KH. Nawawi Abdul Jalil, hanya bisa bertemu dengan ajudan. "Sudah dua minggu kiai tidak ngomong. Beliau berkomunikasi hanya dengan tulisan tangan saja. Kalau ada tamu, saya hanya bisa menyampaikan keinginan sang tamu. Tapi kiai hanya memberikan tulisan atau barang," papar khaddam yang sudah mengabdi sejak tahun 1989 ini.Serahkan Dekrit pada Kiai Abdullah SchaalKeanehan Ra Lilur memang sulit ditebak. Terutama menyangkut peristiwa politik negara. Buktinya, jauh sebelum Gus Dur memberikan dekrit iatelah menyerahkan dekrit kepada dua kiai kharismatik Madura yakni KH. Abdullah Schaal dan KH. Zubair Muntasor.Menurut khaddam kepercayaan Ra Lilur, H. Husni Madani, kiai yang sudahm encapai tahapan mukasafah ini enam bulan lalu pernah mengeluarkan sebuah dekrit. Dekrit tersebut berisi persoalan penerapan demokrasi yang tengah diperjuangkan oleh Gus Dur yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden.Sayang selembar kertas dekrit asli tulisan tangan Ra Lilur itu diminta kembali. Sedangkan KH. Abdullah dan KH. Zubair hanya diberi salinannya (fotokopi) saja. H. Husni hanya ingat penggalan kalimat yang tersirat dalam dekrit Ra Lilur. Antara lain, demokrasi sulit dipraktikkan. Yang terakhir, berisi kalimat berat sama dipikul, setelah ringan tidak kebagian. "Saya hanya ingat dua kalimat itu, sedangkan yang lain saya lupa," katanya.Mengapa tidak difotokopi lebih? H. Husni mengatakan, sebenarnya dekrit itu difotokopi lebih dua lembar. Tapi setelah menghadap Ra Lilur, lembaran yang asli diminta sedangkan yang dua lembar fotokopi disimpannya."Anehnya, dua lembar fotokopi dekrit itu hilang. Padahal saya ingat dimana saya simpan," tuturnya keheranan. "Ya mungkin, kiai tidak kasokan (tidak mengijinkan, red)," katanya mengira-ngira.KHadam kepercayaan Ra Lilur menjelaskan, fotokopi dekrit diberikan kepada KH. Abdullah sebanyak 5 lembar dan 5 lembar lainnya diserahkan kepada KH. Zubair. Dan setiap mengeluarkan surat, Ra Lilur selalu meminta surat asli tulisan tangannya
menjadi-jadi. Ini terkait dengan kondisi nasional yang masih belum menentu. Yang menarik, keanehan Ra Lilur itu kini banyak mengundang perhatian aparat. Bahkan ada anggota Polri berpangkat perwira menengah (Pamen) datang ke kiai yang dikenal punya kasaf itu untuk minta tolong. Si pamen itu rela bepergian tengah malam dengan sepeda motor menuju desa Banjar untuk menemui Ra Lilur.Apa tujuan sang Polisi? Ajudan (khaddam) Ra Lilur, H. Husni Madani, bercerita kepada Taufiqurrahman wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan Madura tentang keinginan pamen berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) itu. Menurut Husni ia minta tolong agar ditunjukkan tempat persembunyian Tommy.Namun Ra Lilur sulit ditemui. Karena itu pamen itu menyampaikan maksudnya itu melalui Husni. Diceritakan, sebelum menyampaikan keinginannya, selama tiga malam berturut-turut petinggi polri itu melakukan wirid dan mengaji di mushalla milik H. Husni."Malah dia (petinggi Polri itu) sampai menangis ketika membaca Al-qur'an," tuturnya.Lantas bagaimana tanggapan Ra Lilur ketika ajudannya menyampaikan keinginan sang tamu? Dengan tegas Ra Lilur mengatakan, untuk memburu Tommy sangat sulit, karena memang ada yang membuatnya sulit. "Sulit karena memang dibuat sulit," jawab RaLilur singkat seperti ditirukan H. Husni.Jawaban itu diberikan Ra Lilur melalui ajudannya.Dari jawaban Ra Lilur itu tersirat bahwa Tommy memang ada yang melindungi. Karena itu mudah dipahami jika beberapa pihak ragu terhadap upaya polisi menangkap Tommy. Bahkan kini muncul analisis bahwa gerakan aparat yang mau menangkap Tommy itu sekedar basa-basi belaka, yakni untuk meredam kekecewaan atau mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan politik di tubuh Polri sendiri maupun seputar di Mega.Perilaku Ra Lilur kini memang kian aneh. Sudah dua minggu ini, Ra Lilur mengunci diri di sebuah gubuk di atas gunung. Bahkan pintu pagarnya pun digembok. Sehingga, tamu yang hendak sowan ke Ra Lilur sulit untuk bertemu. Selama ini hanya ada dua orang khaddam yang bisa menemui RaLilur.Seorang tamu yaitu kiai dari Jember, KH. Nawawi Abdul Jalil, hanya bisa bertemu dengan ajudan. "Sudah dua minggu kiai tidak ngomong. Beliau berkomunikasi hanya dengan tulisan tangan saja. Kalau ada tamu, saya hanya bisa menyampaikan keinginan sang tamu. Tapi kiai hanya memberikan tulisan atau barang," papar khaddam yang sudah mengabdi sejak tahun 1989 ini.Serahkan Dekrit pada Kiai Abdullah SchaalKeanehan Ra Lilur memang sulit ditebak. Terutama menyangkut peristiwa politik negara. Buktinya, jauh sebelum Gus Dur memberikan dekrit iatelah menyerahkan dekrit kepada dua kiai kharismatik Madura yakni KH. Abdullah Schaal dan KH. Zubair Muntasor.Menurut khaddam kepercayaan Ra Lilur, H. Husni Madani, kiai yang sudahm encapai tahapan mukasafah ini enam bulan lalu pernah mengeluarkan sebuah dekrit. Dekrit tersebut berisi persoalan penerapan demokrasi yang tengah diperjuangkan oleh Gus Dur yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden.Sayang selembar kertas dekrit asli tulisan tangan Ra Lilur itu diminta kembali. Sedangkan KH. Abdullah dan KH. Zubair hanya diberi salinannya (fotokopi) saja. H. Husni hanya ingat penggalan kalimat yang tersirat dalam dekrit Ra Lilur. Antara lain, demokrasi sulit dipraktikkan. Yang terakhir, berisi kalimat berat sama dipikul, setelah ringan tidak kebagian. "Saya hanya ingat dua kalimat itu, sedangkan yang lain saya lupa," katanya.Mengapa tidak difotokopi lebih? H. Husni mengatakan, sebenarnya dekrit itu difotokopi lebih dua lembar. Tapi setelah menghadap Ra Lilur, lembaran yang asli diminta sedangkan yang dua lembar fotokopi disimpannya."Anehnya, dua lembar fotokopi dekrit itu hilang. Padahal saya ingat dimana saya simpan," tuturnya keheranan. "Ya mungkin, kiai tidak kasokan (tidak mengijinkan, red)," katanya mengira-ngira.KHadam kepercayaan Ra Lilur menjelaskan, fotokopi dekrit diberikan kepada KH. Abdullah sebanyak 5 lembar dan 5 lembar lainnya diserahkan kepada KH. Zubair. Dan setiap mengeluarkan surat, Ra Lilur selalu meminta surat asli tulisan tangannya
.Surati HARIAN BANGSA, Meski Tak Baca Koran
Keanehan-keanehan Ra Lilur yang diberitakan HARIAN BANGSA
ternyata mendapat tanggapan dari cucu Syikhona Kholil Bangkalan Madura itu.
Secarik kertas berisi tulisan tangan dengan lafal arab itu diberikan begitu
saja kepada H. Husni Madani, khaddam (ajudan) kepercayaannya.Karuan saja Husni
kaget. Karena selama ini Ra Lilur tidak pernah keluar dari biliknya di sebuah
pegunungan di Desa Banjar Galis. Kawasan ini jauh dari kota. Jaraknya sekitar
35 km dari kota Bangkalan. Kondisinya penuh bebatuan.Selain itu Ra Lilur sudah
lebih dua minggu ini tidak pernah berkomunikasi melalui lisan alias puasa
bicara. Ra Lilur juga mengunci diri didalam kamarnya. Tak pernah keluar.Jadi
kiai yang suka berendam di tengah laut itu tak pernah baca koran. Tapi anehnya,
kiai kasaf berumur lebih dari setengah baya ini tahu kalau saat ini dirinya
sedang menjadi salah satu berita di rubrik Religia HARIAN BANGSA. Lebih aneh
lagi, Ra Lilur tahu persis apa saja yang pernah dimuat tentang dirinya.Menurut
H. Husni, selama ini Ra Lilur tidak pernah diberi tahu soal pemuatan dirinya di
HARIAN BANGSA. Memang Husni sendiri pernah membaca tulisan tentang Ra Lilur di
HARIAN BANGSA. Tapi dia tidak berani memberikan koran HARIAN BANGSA yang memuat
tentang dirinya itu karena takut tidak setuju dimuat di media massa.Karena itu
ia ketakutan ketika secara tiba-tiba dipanggil Ra Lilur. "Saya sempat
ketar-ketir ketika dipanggil oleh Kiai (Ra Lilur, red). Karena saat itu kiai
langsung bertanya dimana alamat redaksi HARIAN BANGSA," tutur H. Husni
kepada Taufiqurrahman,wartawan HARIAN BANGSA di Bangkalan.Bahkan, sambungnya,
Ra Lilur, juga menanyakan siapa wartawan yang menulisnya. "Saya berpikir
kiai dukah (marah, red), tapi ternyata tidak," papar khaddam kepercayaan
Ra Lilur yang sudah mengabdi puluhan tahun di rumahnya, Desa Banjar Galis.
Jatuh dari Pematang, Minta Dibelikan Kosmetik
Isyarat Ra Lilur seputar perkembangan politik di Indonesia
ternyata masih ada yang menarik untuk disimak. Ini terutama terkait dengan
peristiwa jatuhnya Gus Dur dan naiknya Megawati sebagai Presiden belum lama
ini.Menurut H. Husni Madani, haddam Ra Lilur, dua bulan lalu cicit Syaikhona
Kholil Bangkalan itu pernah mengalami peristiwa aneh. Diluar dugaan, ketika
berjalan menuju biliknya di atas gunung, kiai jadab ini tiba-tiba jatuh dari
pematang yang cukup tinggi."Peristiwa ini terjadi pada malam hari selepas
isya. Saat berjalan di atas pematang, tiba-tiba kiai jatuh. Saking tingginya,
sikut kiai sampai luka," tutur Husni kepada Taufiqurrahman,wartawan HARIAN
BANGSA di Bangkalan. "Saya heran, soalnya pematangnya lebar dan kiai biasa
berjalan melewatinya," katanya seraya geleng-geleng kepala.Saat itu Husni
masih belum berpikir isyarat yang bakal terjadi kelak dikemudian hari. Dia
hanya berpikir, kiai yang sudah mencapai tingkat mukasafah ini hanya terjatuh
biasa."Saya pikir hanya jatuh biasa. Eh, ternyata Gus Dur
dijatuhkan," kata Husni dengan logat Madura yang kental.Begitu juga
naiknya Megawati sebagai Presiden. Peristiwa Mega jadi Presiden tak luput dari
isyarat aneh Ra Lilur. Dijelaskan, sepuluh hari menjelang sidang istimewa (SI)
MPR, Ra Lilur minta dibelikan tiga meter kain warna merah. Dan keinginan itupun
langsung diiyakan H. Husni.Keesokan harinya, Ra Lilur kembali meminta ajudan
kepercayaannya itu untuk membeli perlengkapan kosmetik. Ra Lilur berpesan agar
semua kebutuhan kosmetik wanita dibeli lengkap dan dibungkus
rapi."Pokoknya, keinginan kiai saya ibaratkan seseorang yang hendak
melamar seorang wanita. Saat itu sayahanya berpikir kiai punya niat untuk
meminangkan salah satu putri saya dengan seorang lelaki pilihan kiai,"
tukasnya.Ternyata SI memutuskan Megawati sebagai Presiden RI menggantikan Gus
Dur.Lalu bagaimana dengan pembelian kain warna merah sepanjang tiga meter?
Mungkinkah Mega bisa bertahan 3 tahun di kursi Presiden, yang berarti sampai
2004? Atau mungkin ada isyarat lain yang akan ditunjukkan oleh kiai jadab yang
suka berendam di tengah laut dan mirip Nabi Khidlir ini? Wallahu a'lam.
Main Drama, Ada di Dua Tempat dalam Waktu Sama
Namun ada yang lebih unik lagi dibalikperistiwa itu.
Ceritanya begini. Salah seorang kiai tidak bisa pada undangan Ra Lilur di
resepsi anak Husni itu. Keesokan harinya, sang kiai datang ke rumah tuan rumah
(H. Husni Madani) untuk minta maaf karena tidak bisa hadir dalam pesta
pernikahan anaknya. Lho, kenapa? Inilah yang ajaib. Ternyata kiai tersebut
mengaku tidak bisa hadir karena kedatangan Ra Lilur ke rumahnya. Padahal 300
kiai yang diundang menyaksikan bahwa RaLilur sedang pentas main
drama."Saya heran, lha wong pada malam itu bersama saya, tapi ternyata ada
seorang kiai yang mengatakan Ra Lilursedang bertamu ke rumahnya," kata
Husni.Kejadian serupa juga terjadi pada salah seorang kerabat Husni di Jakarta.
Itu terjadi saat acara haul KH. Amin Imron. Pada acara tersebut, tiba-tiba Ra
Lilur datang dan mengikutiacara tersebut. Kontan saja tuan rumah keheranan
melihat kehadiran kiai yang jarang muncul di depan publik itu.Tak hanya itu, Ra
Lilur juga bertanya kepada tuan rumah soal foto dirinya yang dipajang didalam
kamar. "Mana foto saya yang dipajang di dalam kamar," sergah Ra Lilur
seperti ditirukan Husni. Padahal, sebelumnya Ra Lilur tidak pernah sowan ke
rumah kerabat Husni itu. Yang mengherankanHusni, karena ketika Ra Lilur
dikabarkan ada di Jakarta menghadiri acara haul itu, sebenarnya kiai aneh
ituberada di ndalem (sebutan rumah kiai)di Desa Banjar Galis. Ini berarti,
lagi-lagi Ra Lilur berada di dua tempat dalam waktu bersamaan.
Naik Kendaraan Keliling Surabaya Tanpa Bensin
Keanehan yang ditunjukkan oleh Ra Lilur memang seolah tak
pernah habis.Orang-orang yang pernah menyaksikan langsung perilaku Ra Lilur
selalu dibuat geleng-geleng kepala.Maklum, banyak peristiwa tak masuk akal,
namun terjadi secara nyata. Suatu ketika, Ra Lilur memanggil ajudan
kepercayaannya,H. Husni Madani. Saat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan itu minta
agar Husni menemaninya jalan-jalan di Surabaya.Permintaan itu langsung
diiyakan.Berikutnya, Ra Lilur minta agar ajudannya menyewa sebuah mobil berikut
sopirnya. Setelah rampung, keduanya berangkat ke Surabaya. Anehnya, ketika sang
sopir hendak mengisi bensin, Ra Lilur melarang."Sudah tak usah isi
bensin," kata Ra Lilur.Karena tahu siapa Ra Lilur sebenarnya,sang sopir
langsung tancap gas menyeberangi Selat Madura. Ia melesat ke Surabaya. Di kota
pahlawan ini sehari penuh kendaraan yang ditumpangi Ra Lilur melaju. Tapi uniknya,
tak sedikitpun jarum spido penunjuk bensin turun."Sepanjang jalan saya
terus mengawasi jarum penunjuk bensin. Tapi bensinnya tetap penuh. Saya jadi
heran, lha wong bensin tidak diisi sama sekali, tapi tidak habis," tutur
Husni heran.Uniknya lagi, ketika kembali ke Desa Banjar Galis, Bangkalan
Madura, tangkibensin tetap tidak berubah alias full tang. "Kalau dipikir,
bahan bakar kendaraan itu siapa yang ngisi ya," kata ajudan kepercayaan
kiai jadab ini.Kejadian seperti itu sering disaksikan Husni. Pernah suatu
ketika Ra Lilur mengajak Husni keliling Kabupaten Bangkalan. Saat itu, Ra Lilur
menyewa sebuah mobil pick up. Sang sopir diminta untuk menuruti
permintaannya.Seperti halnya kejadian yang lalu, ketika sang sopir hendak
mengisi bahan bakar, Ra Lilur melarang. Lagi-lagi orang yang mengikuti
perjalanan kiai kasaf ini terheran-heran.Karena sejak berangkat hingga pulang
bensinnya tetap pada posisi awal.
Gara-gara Bicara Kasar, Sial, Lantas Meninggal
Ini merupakan peringatan keras kepada siapa saja yang melakukan
tindakan konyol dengan berkata kasar dan membohongi Ra Lilur. Kalau hal
tersebut dilakukan, bisa-bisa naas peristiwa yang dialami seorang sopir pick
up.Ajudan Ra Lilur, H. Husni mengatakan, sopir itu diketahui meninggal setelah
mengalami sakit yang berkepanjangan.Kabar itupun terkuak setelah sopir lain
menceritakan nasib yang menimpa temannya. Kisah tersebut berawal ketika Husni
bersama Ra Lilur melakukan perjalanan dari Kecamatan Sepuluh menuju Desa Banjar
Galis Bangkalan Madura. Di tengah perjalanan, motor yang ditumpangi macet
karena mengalami kerusakan pada bagian mesin.Karena tak bisa memperbaiki, Husni
memutuskan untuk beristirahat serayamenunggu tumpangan untuk Ra Lilur.
Beruntung, setelah beberapa menit beristirahat, ada sebuah mobil pick up melintas
di sebuah jalan desa. Ra Lilur kemudian meminta agar ajudannya menyetop mobil
itu untuk ikut. Namun setelah dicegat, sang sopir berkata kalau mobilnya tidak
dibuat angkutan."Lok muwak (tidak mau muat, red)," kata sang sopir
dengan kasar.Karena ditolak, Husni kembali istirahat sembari menunggu tumpangan
yang lain. Ternyata setelah beberapa meter dari tempat istirahat, mobil yang
dicegatnya tadi mengangkut beberapa karung kedondong milik pedagang. Setelah
kejadian itu, Husni tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi pada sang sopir
di balik kata-kata kasar dan bohong yang diucapkan kepada seorang kiai jadab
itu.Beberapa bulan berikutnya, Ra Lilur berniat untuk melakukan perjalanan
keliling kota Bangkalan. Seperti biasa, kiai kasaf ini memerintahkan ajudannya
untuk mencari mobil tumpangan.Tapi anehnya, sebelum diperintah mencari mobil,
Ra Lilur berpesan agar memilih mobil pick up deretan ketiga dari belakang.
"Karena itu perintah kiai,saya tidak bisa menolaknya,"
tuturnya.Perjalananpun dilakukan, setelah sampai di daerah pesisir barat
Kecamatan Socah, Bangkalan, Ra Lilur berhenti. Ia langsung melakukan perjalanan
ke tengah laut. "Saya tidak tahu kemana kiai berjalan. Tapi beliau terus
berjalan hingga tidak kelihatan," kata Husni.Ditengah penantian tersebut,
Husni ngobrol dengan sopir pick up yang menjadi pilihan Ra Lilur. Ternyata,
sang sopir bercerita panjang lebar soal peristiwa yang pernah dialami temannya
yang juga sopir pick up itu. Dikatakan, setelah sopir pertama menolak
permintaan Ra Lilur dengan kata-kata kasar dan bohong, dia terus mengalami
banyak peristiwa sial. Mula-mula hasil uang dari nyopir itu selalu habis hanya
untuk membayar biaya tilang polisi.Berikutnya, dia terus mengalami sakit yang
tak kunjung sembuh hingga akhirnya meninggal. "Mantuan (pamanhaji, red),
sopir pertama yang pegang mobil ini meninggal setelah menolak permintaan
kiai," kata sopir itu lirih.Mendengar penjelasan itu, Husni teringat
peristiwa yang pernah dialaminya. Ternyata, Ra Lilur memilih mobil pick up pada
deret ketiga itu merupakan tebusan dari penolakan sopir yang pernah berkata
kasar itu. Karena sopir yang berkata kasar itu dulu juga menyopir mobil yang
sekarang dipakai itu.
Inilah Isi Surat Ra Lilur kepada HARIAN BANGSA
Ra Lilur akhirnya berkirim surat kepadaHARIAN BANGSA. Meski
cicit Syaikhona Kholil itu tak pernah membaca koran, namun ia tahu betul isi
berita HARIAN BANGSA yang menulis keunikan dirinya.Surat itu dititipkan kepada
seseorang kemudian diberikan kepada Taufiqurrahman,wartawan HARIAN BANGSA di
Bangkalan. Surat itu sangatsederhana, namun isinya cukup mengena dan mendalam.
Hanya satu lembar, tapi diketik dengan mesin ketikmanual. Selain berisi saran
juga disertai kaidah-kaidah agama dalam bentuk huruf Arab.Surat ini penting
dimuat karena tulisantentang Ra Lilur mendapat sambutan luar biasa dari
pembaca. Bahkan ada pembaca yang menelepon kepada redaksi HARIAN BANGSA
menanyakan,apakah koran ini sudah seijin Ra Lilur ketika menulis kiai jadab
yang suka berendam di tengah laut itu."Karena surat kabar BANGSA tertanggal
4 Agustus 2001 halaman 6, dengan judul "Tiba-tiba Berpakaian Serba
Merah" memuat pengungkapan nama saya dikategorikan yang berlebihan.Maka
perlu saya membuat uraian (bukan sanggahan) untuk menjaga tetap baiknya i'tikad
orang awam. Ini sebagian yang tertera di surat kabar itukolom I tanggal 4 bulan
Agustus tahun 2001 halaman 6:"Ra Lilur tampaknya memang sudah mencapai
tingkat kasyaf dst... dst..."," tulis Ra Lilur mengawali
suratnya.Yang menarik, surat Ra Lilur minta agar tak menafsirkan terlalu jauh
tentang perilaku manusia. Ia minta agar perilaku manusia dipandang dari segi
dhahiriyahnya saja, tak usah ditafsirkan macam-macam."Inilah uraian saya:
Martabat manusia tak akan melebihi Nabi. Tak akan luas pengaruh manusia
individu kecuali manusia yang berkedudukan resmi dan berkarya resmi pula.
Pengumandangan agama Islam adalah Dhohiriyah, pandanglah manusia dan
perilakunya dengan apa yang terpandang tak usah mengungkit-ungkit apa yang
tersirat cukup dengan yang tersurat," tulis Ra Lilur lebih lanjut.Ra Lilur
kemudian menulis, "Selain niatdan syarat-syarat dan rukun Ibadah serta
muamalat hanyalah dhahiriyah. Sebab itu maka tak layak bagi
manusiamengungkap-ungkap batiniyah seperti watak, dan jiwa yang bergairah
buruk. Kecuali orang teranugerah padahal itu.Ra Lilur kemudian mengutip kaidah
bahasa Arab yang artinya, "Dan manusia hanya diperintah mengikuti
kaidah-kaidah agama, makanya tak usah isyarat-isyaratan."Ra Lilur juga
mengetengahkan kaidah yang ditulis dalam bahasa Arab. Kaidah itu ia beri arti
sebagai berikut:"Dan Nabi sendiri tak suka terlalu diagung-agungkan
seperti tersebut."Ra Lilur juga kembali menulis dengan bahasa Arab yang
artinya:"Pandanglah manusia dan muammalah dengan dhahiriyah, kalau dukun
itu dengan batiniyah maka itu hal dukun sendiri.
"Sumber
Artikel: Media Harian Bangsa